Selasa, 26 April 2011

Tugas Softskill Etika & Profesionalisme TSI


PERBANDINGAN STANDAR PROFESI SOFTWARE ENGINEER DI INDONESIA DAN AMERIKA

Definisi Profesi :
·         Winsley (1964)
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna mengahadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayan.
·         Schein E. H (1962)
Profesi merupakan suatu keahlian atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
·         Hughes E. C (1963)
Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik dibandingkan orang lain.

Ciri-ciri profesi menurut Winsley (1964) :
•  Didukung oleh badan ilmu (body of knowledge) yang sesuai dengan bidangnya, jelas wilayah kerja keilmuannya.
•   Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terancana, terus menerus dan bertahap.
•   Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui peundang-undangan.
•   Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.

Secara umum ada 3 ciri sebuah profesi :
•   Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sbelum memasuki sebuah profesi. Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang mendapat gelar srjana. Sebagai contoh mereka yang telah lulus sarjana baru.
•   Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Komponen intelektual merupakan karakteristik professional yang bertugas utama memberikan nasehat dan bantuan menyangkut bidang kehliannya rata-rata tidak diktahui atau dipahami orang awam. Jadi memberikan konsultasi bukan memberikan barang merupakan ciri profesi.
•   Tenaga yang terlatih mmpu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Untuk dapat berfungsi maka masyarakat modern secara teknologi kompleks memerlukan aplikasi yang lebih besar akan pengetahuan khusus daripada masyarakat sederhana yang hidup pada zaman dulu. Jadi profesi memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan intelektual yang ekstensif.

Software Engineer

Adalah orang yang menelti, merancang, dan mendevelop sistem software untuk memenuhi keperluan client. Setelah sistem sudah secara penuh dirancang software engineer lalu diuji, debug, dan memelihara sistem.
  • Sejarah
Software engineering pertama kali di kenal pada saat konferensi di Garmisch Partenkirchen tahun 1968, konfrensi tersebut adalah konfrensi untuk mencari solusi dari krisis software yang tengah terjadi. Krisis software mulai mewabah sejak munculnya komputer generasi ke tiga, dimana software yang dihasilkan menjadi lebih besar dan kompleks, biaya hardware turun dan biaya software meningkat, hal ini terjadi sekitar tahun 1960an.
Tujuan utama rekayasa perangkat lunak adalah perangkat lunak untuk meningkatkan kualitas dan pemeliharaan. Berikut definisi rekayasa perangkat lunak yang diusulkan oleh Fritz Bauer:
"The establishment and use of sound engineering principles in order to obtain economically software that is reliable and works efficiently on real machines."
Software engineering terdiri atas metode, tools dan prosedur. Software Engineering sendiri sebenarnya adalah Disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal spesifikasi, desain, implementasi sampai pemeliharaan setelah digunakan. Peningkatan dari penggunaan  program dengan paradigma OOP di era 80an telah merubah Software Engineering secara mendasar.
Saat ini Software Engineering dibedakan dari ilmu komputer. Semakin banyak juga riset dan pembangunan CASE tools (Computer Aided Software Engineering) yang terjadi di dalam industri dan bidang akademik.
Pengelompokan di Software Professional sekarang ini sebagai berikut (top-down in relation with quantity):
-Professional Software Engineers
-Unlicensed Software Engineers /Certified Software Technologists
-Highly skilled Software Developers
-Average Software Developers
Spesialisasi menjadi elemen penting dalam kematangan profesional. Di industri Software yang menuju kematangan, dua kategori spesialisasi muncul: 
1.  Software Technology Specialization /Software Technologist
2.  Software Engineering Specialization.
Keduanya merupakan parts of Software Technologist dan Software Engineers community. Berbagai macam sertifikasi Software Technologist yg sudah ada dari  berbagai perusahaan seperti Microsoft , Novell, Oracle, dan Apple. Spesialisasi juga mulai muncul di bidang Software Engineering , dan ini menjadi trend yang sangat menarik. Ini berawal dari kurangnya software engineering menyebabkan organisasi industri software menjadi berkualitas rendah, schedule delay, cost overruns, dsb. Sehingga muncul spesialisasi di Software Engineering seperti Architect, Business & Requirements, System Analyst, Integration, Maintenance & Enhancements, QA, Testing, Technical writing
Dibawah ini beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang software engineer, diantaranya :
1. Menguasai keterampilan dan pengetahuan rekayasa perangkat lunak.
2. Mampu bekerja sebagai perorangan dan sebagai bagian dari suatu tim untuk mengembanghkan suatu perangkat lunak yang berkualitas.
3. Mampu merancang suatu perangkat lunak sesuai dengan sasaran proyek. Batasan biaya, waktu, pengetahuan, sistem yang berjalan dan organisasi.
4. Mampu memberikan desain solusi sesuai dengan aplikasi yang dibangun dan mampu mengintegrasikan dengan pendekatan etis, sosial, hukum dan ekonomi.
5. Mampu mendemonstrasikan suatu pemahaman akan teori, model, teknik dalam hal identifikasi masalah dan analisa, desain perangkat lunak, pengembangan, implementasi, verifikasi dan dokumentasi.
6. Mampu dan paham akan pentingnya negosiasi, kebiasaan bekerja efektif, leadership dan komunikasi baik dengan stakeholders maupun dengan rekan tim pada saat pengembangan software.
7.  Selalu mempelajari model baru, teknik, teknologi yang muncul serta mengembangkan profesional yang berkelanjutan. 
 Profesi Software Engineer sejauh ini belum memiliki organisasi profesi. Organisasi profesi Software Engineer yang mungkin diperlukan adalah tidak diperlukan untuk menyeleksi keanggotaannya, namun yang penting adalah bisa memberikan kualifikasi yang jelas tentang apa Software Engineering itu, siapa Software Engineer itu, dan membantu anggotanya untuk memperbaharui pengetahuan dan ketrampilannya. Namun belakangan ini pengesahan profesi Software Engineer oleh organisasi profesi mulai dirasakan perlu karena banyak bidang kerja profesi ini yang bersinggungan dengan hajat hidup orang banyak.
Untuk itu berarti seorang Software Engineer harus memiliki pendidikan formal tingkat sarjana yang merupakan gabungan dari bidang:
  • Computer science: terutama dalam perangkat keras
  • Engineering: terutama dalam pendekatan/metode analisa pemecahan masalah
  • Industrial engineering: terutama dalam optimasi proses dan sumber daya
  • Management: terutama dalam mengelola manusia dan kelompok kerja, manajemen proyek
  • Social science: terutama dalam pendekatan manusia dan komunikasi  
Di Indonesia profesi Software Engineer belum terdefinisikan, masih dicampur adukkan dengan profesi lainnya. Di dalam pengembangan perangkat lunak dikenal 2 aktor yang terlibat yaitu System Analyst dan Programmer. System Analyst melakukan analisa terhadap masalah dan kebutuhan organisasi dalam mengelola orang, metode, dan teknologi untuk mengatasi masalah tersebut. Programmer merencanakan keperluan penggunaan perangkat keras dan lunak yang sesuai dengan solusi yang direkomendasikan oleh System Analyst, dan memastikan kebenarannya sesuai dengan spesifikasi.
ACM/IEEE mengeluarkan suatu kode etik sebagai profesional Software Engineering, antara lain harus mengikuti Delapan Prinsip berikut :
1.  MASYARAKAT, Perekayasa perangkat lunak akan bertindak secara konsisten sesuai dengan kepentingan masyarakat.
2. KLIEN DAN ATASAN, Perekayasa perangkat lunak akan melakukan yang terbaik bagi klien dan atasan mereka, konsisten dengan kepentingan masyarakat.
3. PRODUK, Perekayasa perangkat lunak akan mejamin bahwa produk mereka dan modifikasi yang mereka lakukan terhadapnya memenuhi standar profesional yang setinggi-tingginya.
4. PENILAIAN, Perekayasa perangkat lunak akan mempertahankan integritas dan independensi penilaian profesional mereka.
5. MANAJEMEN, Manajer dan pemimpin rekayasa perangkat lunak akan mengikuti dan mempromosikan pendekatan etis terhadap manajemen pengembangan dan pemeliharaan perangkat lunak.
6. PROFESI, Perekayasa perangkat lunak akan mempertinggi integritas dan reputasi profesinya konsisten dengan kepentingan masyarakat.
7. KOLEGA, Perekayasa perangkat lunak akan bersifat adil dan mendukung terhadap koleganya.
8.  DIRI SENDIRI, Perekayasa perangkat lunak akan berpartisipasi dalam pembelajaran seumur hidup mengenai praktek profesi mereka dan akan mempromosikan pendekatan etis terhadap praktek profesi tersebut.
Kode Etik ini dibuat terkait dengan perilaku dan keputusan yang dibuat oleh para Software Engineering Profesional yang mencakup profesi praktisi, pendidik, manajer, supervisor, pembuat kebijakan dan termasuk trainee dan mahasiswa profesi Sofware Engineering.

Pengantar
Tidak bisa dipungkiri bahwa seperti juga negara berkembang lain dalam fase pembangunan fisik (infrastruktur), mungkin network engineer lebih “laku dijual” daripada software engineer. Tapi kalau kita mau mempelajari laporan IDC Professional Developer Model pada tahun 2004, diperkirakan jumlah pengembang profesional di Indonesia adalah 56.500 orang (menyumbang 0.5% dunia) dan akan meningkat sampai 71.600 orang di tahun 2008. Jumlah software house di Indonesia juga tercatat meningkat ke arah diatas 250 perusahaan, dan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada 5 tahun mendatang. Ini modal besar dan tentu peluang yang sangat besar yang sayang kalau dilewatkan.

Sejarah dan Terminologi SE
Istilah software engineering, pertama kali digunakan pada akhir tahun 1950-an dan sekitar awal 1960-an. Pada tahun 1968, NATO menyelenggarakan konferensi tentang software engineering di Jerman dan kemudian dilanjutkan pada tahun 1969. Meski penggunaan kata software engineering dalam konferensi tersebut menimbulkan debat tajam tentang aspek engineering dari pengembangan perangkat lunak, banyak pihak yang menganggap konferensi tersebutlah yang menjadi awal tumbuhnya profesi rekayasa perangkat lunak. Pada sebuah conference bertema pengembangan software di tahun 1969, yang dipicu terjadinya software krisis di dunia. Software krisis muncul karena lahirnya komputer generasi ke 3 yang sudah mulai menggunakan IC, bentuk komputer lebih kecil dan perubahan berbagai teknologi semakin memudahkan kita mengembangkan software berskala besar. Masalahnya, ini tidak diimbangi oleh adanya metodologi yang tepat berhubungan dengan bagaimana software yang kompleks dikembangkan. Industri dan pengembangan software tidak bisa lagi dipandang lagi seperti industri kerajinan tangan atau perkebunan. Pendekatan informal tidak cukup efektif baik secara biaya, waktu dan kualitas dalam pengembangan software. Metodologi dan proses yang standard, termasuk juga software engineering body of knowledge kemudian disusun dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan riset dan teknologi. Software engineering menjelma menjadi sebuah disiplin ilmu baru. Pekerjaan yang diharapkan para mahasiswa/i jurusan computing di berbagai dunia, yaitu Software Engineer.

Peluang Kerja Software Engineering
Mengutip sebuah survey yang telah dilakukan oleh PT Work IT Out yang dipimpin oleh Heru Nugroho, meski masih banyak dibutuhkan didalam negeri, peluang kerja bagi tenaga kerja TI untuk keluar negeri pun terbuka luas, Kesempatan tetap terbuka, apalagi didukung oleh faktor bergesernya dominasi India yang dikenal sebagai sumber SDM TI, tawaran gajinya pun cukup menggiurkan. Bayangkan, untuk tenaga kerja TI kelas pemula sampai menengah, perusahaan diluar negeri berani menawarkan upah sekitar US$ 400 sampai US$ 600 (sekitar Rp 3, 6 juta sampai Rp 5,5 juta) per bulan. Di kelas yang sama di alam negeri, paling mereka hanya ditawarkan gaji sekitar Rp 900.000 sampai Rp 2,5 juta per bulannya. Itu baru yang pemula. Untuk yang sudah punya keahlian spesifik dan berpengalaman, di luar negeri gajinya bisa mencapai US$ 2.000 – 2.500 (sekitar Rp 18,2 juta sampai 22,7 juta) per bulan. Tiga kali lipat dibanding di dalam negeri yang pasarannya sekitar Rp 7 sampai 10 juta. Bidang kerja TI yang terbuka pun beragam dan hampir sama dengan yang ada di lokal. Kebetulan kebanyakan yang dicari adalah engineer untuk networking dan wireless serta programmer. Kelihatannya trend yang sedang terjadi adalah orang atau perusahaan ingin membuat perangkat networking seperti produk dari Cisco. Untuk itu memang dibutuhkan banyak orang yang dapat membuat program dalam level C, C++ dengan real-time OS dan memiliki latar belakang (pengetahuan) dibidang telekomunikasi dan networking. Lowongan webmaster, UNIX administratorpun tidak sedikit. Jenis-jenis lowongan pekerjaan yang ditawarkan sangat banyak, hanya saja, tenaga TI yang memiliki kemampuan terspesialisasi seringkali dicari, sayangnya agak susah mencari tenaga kerja yang sudah spesifik. Selain contoh di atas, kita ambil negara lain seperti Jerman. Mengapa negara sekaliber Jerman mesti mendapat suplai tenaga TI dari luar negaranya ? Kurang sumber daya ? Dugaan itu ternyata betul. Perkembangan pesat teknologi informasi memang tidak hanya membuat ketar-ketir negara dunia ketiga, negara “dunia pertama” macam Jerman pun mulai merasakan akibatnya: kekurangan pakar TI yang tidak bisa didapatkan dari kalangan sendiri. Maklum, jumlah yang dibutuhkan juga tak bisa dibilang sedikit. Tercatat saat ini sekitar 75.000 orang diperlukan oleh Jerman. Itu baru Jerman, belum negara lain. Tahukah Anda ternyata negara sebesar dan semaju Amerika Serikat pun masih mengimpor tenaga TI dari negara-negara di Asia, seperti India dan Cina. Lowongan dari luar Indonesia untuk tenaga kerja TI kita banyak. yang tercatat pada kami bisa puluhan ribu lowongan,” jelas Edi S. Tjahya, managing director JobsDB.com – sebuah portal informasi lowongan kerja. Lowongan sebanyak itu pun baru untuk wilayah Asia Pasifik. Secara kualitatif, kondisi sumber daya manusia Indonesia di bidang IT tidak kalah kualitas dibanding SDM dari negara seperti India sekalipun, papar Heru Nugroho, CEO PT Work IT Out, sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja TI ke luar negeri.
Ada banyak hal yang harus disiapkan dalam membentuk SDM dengan profesi software engineer ini yaitu :
1· Memperbaiki kurikulum pendidikan jurusan computing, khususnya bidang Software Engineering termasuk untuk development technique, standard methodology, certification, management, dan entrepreneurship
2·   Keterlibatan pemerintah diperlukan dalam membuat pipa antara software developer dan pasar, juga masalah kebijakan proteksi ke perusahaan software lokal
3·  Mengarahkan SDM software engineer kita untuk memiliki keunggulan defacto (kreatifitas) dan keunggulan dejure (degree) sekaligus, dalam level sesuai dengan kemampuan yang bisa diraih
4·  Membina para spesialis software engineer kita untuk menjadi seorang versatilist, karena Gartner Group memperkirakan dalam laporan khususnya bahwa dalam tahun 2010, pasar IT dunia akan dikuasai oleh para versatilist, yang menggerus 40% lapangan kerja spesialis
5·   Memanfaatkan Internet sebagai alat softmarketing, personal branding dan knowledge sharing. Dengan populasi lebih dari 1 miliar pada tahun 2008 ini, mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan masuk, bersentuhan dengan Internet dan secara tidak sadar Internet membentuk kultur dan behavior baru dalam kehidupan sehari hari. Sekali lagi tidak ada satu media massapun yang akan bisa menandingi oplah media bernama Internet ini.
Kedepan, memang bukan secara spesifik bukan hanya software engineer yang disebutkan oleh Gartner yaitu SDM TI harus mengarah kepada “IT versatilist”. Istilah tersebut mengandung makna yaitu orang-orang yang memiliki pengalaman, kemampuan menjalankan berbagai tugas yang beragam dan multidisiplin (versatile), dimana semua itu untuk menciptakan suatu pengetahuan (baru), kompetensi dan keterkaitan (context) yang kaya dan padu guna mendorong peningkatan nilai bisnis. Sifat sang versatilis adalah fleksibel terhadap teknologi, orientasi utamanya adalah untuk memberikan solusi sesuai requirement (kebutuhan) yang diminta oleh sang customer. Versatilis bukan seorang generalis yang mengenal semua bidang dan teknologi tapi hanya kulitnya (dangkal). Versatilis tidak terlahir tiba-tiba, tapi karena pengalaman matang menjadi seorang spesialis. Versatilis juga bukan spesialis yang hanya mengerti cakupan bidang yang sempit, meskipun dalam. Versatilis adalah seorang spesialis yang berpikir lebih luas, berwawasan, matang, penuh perhitungan, mengerti tentang bisnis, orientasi kerja untuk memberi solusi, mampu bekerjasama (membangun networking) dengan orang-orang TI lain maupun non TI, dan yang pasti tidak mengkotakkan dirinya pada sebuah teknologi, tool atau platform.
Profesi software engineer harus memiliki pengetahuan berbagai macam bahasa pemrograman komputer dan aplikasi, ini karena luasnya bidang kerja yang dapat terlibat didalamnya. Software engineer merupakan komputer programmer atau software developer. Bergantung pada tipe organisasi, software engineer dapat menjadi spesialis dalam sistem atau aplikasi. Software engineering merupakan salah satu profesi IT yang paling popular.

ACM (Association for Computing Machinery)
ACM (Association for Computing Machinery) atau Asosiasi untuk Permesinan Komputer adalah sebuah serikat ilmiah dan pendidikan komputer pertama di dunia yang didirikan pada tahun 1947. Anggota ACM sekitar 78.000 terdiri dari para profesional dan para pelajar yang tertarik akan komputer. ACM bermarkas besar di Kota New York. ACM diatur menjadi 170 bagian lokal dan 34 grup minat khusus (SIG), di mana mereka melakukan kegiatannya.
SIG dan ACM, mensponsori konferensi yang bertujuan untuk memperkenalkan inovasi baru dalam bidang tertentu. Tidak hanya mensponsori konferensi, ACM juga pernah mensponsori pertandingan catur antara Garry Kasparov dan komputer IBM Deep Blue.

IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers)
IEEE adalah organisasi internasional beranggotakan para insinyur dengan tujuan untuk mengembangan teknologi untuk meningkatkan harkat kemanusiaan. Sebelumnya IEEE memiliki kepanjangan yang dalam Indonesia berarti Institut Insinyur Listrik dan Elektronik (Institute of Electrical and Electronics Engineers). Namun kini kepanjangan itu tak lagi digunakan, sehingga organisasi ini memiliki nama resmi IEEE saja.
IEEE adalah sebuah organisasi profesi nirlaba yang terdiri dari banyak ahli di bidang teknik yang mempromosikan pengembangan standar-standar dan bertindak sebagai pihak yang mempercepat teknologi-teknologi baru dalam semua aspek dalam industri dan rekayasa (engineering), yang mencakup telekomunikasi, jaringan komputer, kelistrikan, antariksa, dan elektronika.
IEEE memiliki lebih dari 300.000 anggota individual yang tersebar dalam lebih dari 150 negara. Aktivitasnya mencakup beberapa panitia pembuat standar, publikasi terhadap standar-standar teknik, serta mengadakan konferensi.
IEEE Indonesia Section berada pada IEEE Region 10 (Asia-Pasifik). Ketua IEEE Indonesia Section tahun 2009-2010 adalah Arnold Ph Djiwatampu. Saat ini IEEE Indonesia Section memiliki beberapa chapter, yaitu:
a.  Chapter Masyarakat Komunikasi (Communications Society Chapter)
b.  Chapter Masyarakat Sistim dan Sirkuit (Circuits and Systems Society Chapter)
c.  Chapter Teknologi Bidang Kesehatan dan Biologi (Engineering in Medicine and Biology Chapter)
d.  Chapter Gabungan untuk Masyarakat Pendidikan, Masyarakat Peralatan Elektron, Masyarakat Elektronik Listrik, dan  Masyarakat Pemroses Sinyal (Join Chapter of Education Society, Electron Devices Society, Power Electronics Society, Signal Processing Society)
e.  Chapter Gabungan MTT/AP-S (Joint chapter MTT/AP-S)
Apa itu Software Engineering (SE)? Software Engineering atau yang didalam bahasa Indonesianya adalah Rekayasa Perangkat Lunak adalah aplikasi yang sistemastis, pendekatan yang kuantitatif dalam membagun Perangkat Lunak, operasi dan pemeliharaan perangkat lunak. Dan merupakan salah satu disiplin ilmu di ilmu komputer.
Istilah SE, pertama kali digunakan pada akhir tahun 1950-an dan sekitar awal 1960-an. Pada tahun 1968, NATO menyelenggarakan konferensi tentang software engineering di Jerman dan kemudian dilanjutkan pada tahun 1969. Meski penggunaan kata software engineering dalam konferensi tersebut menimbulkan debat tajam tentang aspek engineering dari pengembangan perangkat lunak, banyak pihak yang menganggap konferensi tersebutlah yang menjadi awal tumbuhnya profesi rekayasa perangkat lunak. 
SE adalah sebuah profesi, Ini adalah nama sebuah pekerjaan. Tapi Apakah sama halnya dengan Seorang Akunting, Dokter atau Olahragawan sekalipun.
Suatu profesi adalah sesuatu hal yang Anda dibayar untuk melakukannya, diakui oleh masyarakat, memerlukan pengetahuan, memiliki kode etik, dan memiliki asosiasi anggota.
Profesi software Engineering di Indonesia mungkin sudah mulai cukup banyak , hal ini dikarenakan banyak bermunculan sekolah/universitas yang menggelar jurusan ilmu komputer. Tapi sejauh mana profesi SE ini berkembang diIndonesia? Jika dibandingkan Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris atau bahkan negara India, mungkin kita masih tertinggal jauh dalam bidang SE ini. Produk Software mereka sudah begitu mendunia, sedangkan di Indonesia hanya sebatas lingkup kecil. Sebut saja Microsoft, Oracle, Adobe yang sudah begitu dipercaya dan mendunia, sedangkan diIndonesia yang saya amati, meski banyak bermunculan perusahaan-perusahaan software akan tetapi software itu hanya menangani kebutuhan unit-unit kecil khususnya untuk konsumsi dalam negeri.
Sebenarnya Software Engineer adalah sebuah profesi dan peluang baru di Indonesia. Berkaca dari Amerika,  profesi sebagai Software Engineer mampu mengalahkan profesi profesor di sebuah universitas, finansial advisor dan human-resources manager dari sisi pendapatan. Jadi cukup membuat kita harus lebih cerdas lagi melihat profesi ini.
Lalu bagaimanakah Software Engineering dapat berkembang di negeri kita ini. Dibutuhkan kerja sama antar elemen-elemen bangsa ini, pemerintah , intstitusi/lembaga pendidikan sampai dengan masayarakat. Romisatria Wahono menyebutkan beberapa hal yang setidaknya dapat membantu dalam hal ini, yakni :
1. Memperbaiki kurikulum pendidikan jurusan computing, khususnya  bidang Software Engineering termasuk untuk development  technique, standard methodology, certification, management, dan entrepreneurship
2.  Keterlibatan pemerintah diperlukan dalam membuat pipa antara software developer dan pasar, juga masalah kebijakan proteksi ke perusahaan software local
3. Mengarahkan SDM software engineer kita untuk memiliki keunggulan defacto (kreatifitas) dan keunggulan dejure (degree) sekaligus, dalam level sesuai dengan kemampuan yang bisa diraih
4. Membina para spesialis software engineer kita untuk menjadi seorang versatilist, karena Gartner Group memperkirakan dalam laporan khususnya bahwa dalam tahun 2010, pasar IT dunia akan dikuasai oleh para versatilist, yang menggerus 40% lapangan kerja spesialis
5.  Manfaatkan Internet sebagai alat softmarketing, personal branding dan knowledge sharing

 

United States

In the United States, registration or licensure of Professional Engineers is performed by the individual states. Each registration or license is valid only in the state in which it is granted. Many Professional Engineers maintain licenses in several states for this reason, and comity between states can make it easy to obtain a license in one state based on licensure in another state without going through the full application process.[1] The licensing procedure varies but the general process is:[2]
1.      Graduate with a degree from an Accreditation Board for Engineering and Technology accredited four-year university program in engineering.
2.      Complete a standard Fundamentals of Engineering (FE) written examination, which tests applicants on breadth of understanding of basic engineering principles, and optionally some elements of an engineering specialty. Completion of the first two steps typically qualifies for certification in the U.S. as an Engineer-In-Training (EIT), sometimes also called an Engineer Intern (EI).[3]
3.      Accumulate a certain amount of engineering experience. In most states the requirement is four years, but in others the requirement is lower.
4.      Complete a written Principles and Practice in Engineering ('PE') examination, testing the applicant's knowledge and skills in a chosen engineering discipline (civil, electrical, industrial, mechanical, etc.), as well as engineering ethics.
For standardization, the EIT and PE exams are written and graded by a central organization, NCEES. However each state's Board of Professional Engineers individually sets the requirements needed to be allowed to take the tests, as well as the passing scores. For example, in some states applicants must provide professional references from several PEs before they can take the PE test.
All 50 states and the District of Columbia have engineering boards that are represented by the National Council of Examiners for Engineering and Surveying (NCEES), which administers both the FE and PE examinations.[4]
Degree requirements in the United States are evolving. Effective 1 January 2020, the NCEES model will require additional credits beyond a bachelor of science in engineering. The type of creditable activities that will satisfy the additional educational requirement are under development by NCEES. This has received some support from civil engineers.[5][6]
There is a fairly large range in exam pass rates for these exams (FE and PE), but the pass rate for repeat test takers is significantly lower.[7]
As of 2009, it is still possible for an individual to bypass Steps 2 and 4. In Texas, for example, both FE and PE exam waivers are still available to individuals with several years of creditable experience.
In a few states it is still possible for an individual to bypass Step 1, and apply to take the registration examinations as long as a P.E. will sponsor the applicant, and work experience can be substituted for academic experience. The years of experience may also vary; for instance, in California it is possible to take a Principles and Practice in Engineering examination with only two years of experience after a bachelor's degree, or one year of experience after graduate school. In Nevada, college graduates are eligible to take the Principles and Practice exam immediately after graduation and passing the EIT, before acquiring the required experience.[10] Some states also have state-specific examinations, most notably California where there is a state-specific structural engineering exam and two additional exams in land surveying and earthquake engineering for civil engineering candidates.
Some states issue generic Professional Engineering licenses. Others, known as "discipline states", issue licenses for specific disciplines of engineering, such as Civil Engineering, Mechanical Engineering and Electrical Engineering. In all cases, however, engineers are ethically required to limit their practice to their area of competency, which is usually a small portion of a discipline. While licensing boards do not often enforce this limitation, it can be a factor in negligence lawsuits. In a few states, licensed Civil Engineers may also perform land surveys.
In addition to the person's licensure, most states require that firms engaged in providing engineering services are authorized to do so. For instance, the State of Florida issues a Certificate of Authorization to firms that are owned by a Professional Engineer.
Civil engineers account for a large portion of licensed Professional Engineers. In Texas, for example, about one-third of licenses are for civil engineers, and civil exams make up over half of the exams taken.[11][12] Many of the remainder are mechanical, electrical, and structural engineers whose practice involves areas that states regulate, such as HVAC, electrical, plumbing, and fire protection systems for buildings or public infrastructure. However, some engineers in other fields obtain licenses for the ability to serve as professional witnesses, or just for prestige, even though they may never actually sign and seal design documents.
Since regulation of the practice of engineering is performed by the individual states in the U.S., areas of engineering involved in interstate commerce are essentially unregulated. These areas include much of Mechanical Engineering, Aerospace Engineering, and Chemical Engineering, and may be specifically exempted from regulation under an "Industrial Exemption". An industrial exemption covers engineers who design products such as automobiles that are sold (or have the potential to be sold) outside the state in which they are produced, as well as the equipment used to produce the product. Structures subject to building codes are not covered by an industrial exemption, though small residential buildings often do not require an engineer's seal. In many jurisdictions, the role of architects and structural engineers overlap.
Many private companies employ non-degreed workers in technical positions with engineering titles such as "test engineer" or "field engineer". Such position may not require an engineering degree at the discretion of the company. It is important however, to make a distinction between a "graduate engineer" and a "professional (or licensed) engineer". A "graduate engineer" is anyone holding a degree in engineering from an accredited four-year university but is not licensed to practice or offer services to the public. Unlicensed engineers usually work as employees for a company and are governed under the industrial exemption clause.
For becoming Software Engineer, you will need atleast a degree of BTech. in related field. For which, you will have to take admission in any of Technical Institution. IIT's are the top most institutes of India. If you want to take admission in any of IIT, then you will have to qualified IIT-JEE. For, other colleges, you will have to qualified other entrance exams
SQE Services of STQC IT offers following services as part of Independent Verification & Validation:
A.                Software Reviews
B.                 Software Application Testing & Evaluation
C.                 Software Audits
D.                Trainings

A. Software Reviews:
A.1 Review of Software Documentation:
·      Software Requirements (System Study Report, Gap Analysis Report, RFP, SRS, etc.)
·      Software Development (High Level (Architecture) Design Document, Low Level (Detailed) Design Document), etc.)
·      Software User Documentation (Installation Guide, User Manual, System Manual, etc.)
A.2 Review of Software Artifacts/ Work Products:
·      Solution Architecture Review
·      Static Analysis
·      Code Review
B. Software Application Testing & Evaluation
B.1 Software Functional Testing & Evaluation:
The software application is tested against functional requirements & quantitative evaluated of functionality characteristic.
B.2 Software Non-Functional Testing & Evaluation:
The software application is tested for Usability, Efficiency, Reliability, Security, Maintainability, Portability & Documentation requirements and quantitative evaluated of non-functional characteristics.
Testing & evaluation of software application for integration, interoperability, scalability, compatibility, load & volume etc. is also undertaken.
B.3 Service Level Agreement (SLA) Measurement:
·      Service Related Parameters
·      Technology Related Performance Parameters
·      Technology Related Maintenance Parameters
·      Availability Parameters
C. Software Audits
C.1 Software Process Audit:
·      Software Requirements Processes
·      Software Development Processes
·      Software Operational Processes
·      Software Support Processes
Audit is done as per international standards/ Best practices such as ISO/IEC 12207, IEEE Software Engineering Standards, ISO 15504 (SPICE)
C.2 IT Infrastructure Audit:
·      Hardware Audit
·      Software Configuration Audit
·      Deployed Solution Architecture Audit
·      Gateway Audit

Referensi :
http://www.stqc.nic.in/index27dd1.html?sublinkid=226&langid=1&slid=254&plid=62
http://en.wikipedia.org/wiki/Professional_Engineer
http://pras3ty0.wordpress.com/2009/07/17/kajian-dan-analisa-tentang-tren-terbaru-profesi-software-engineer/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar